Hari ini adalah hari yang begitu cerah, hari yang indah. Semua merasakannya, berbahagia bersama teman dan keluarga. Tapi semua itu tak dapat dirasakan sedikitpun oleh Arini. Sudah dua tahun ini wajahnya selalu muram, terlihat begitu sedih.
Dua tahun yang lalu ibunya dinikahi oleh seorang lelaki yang kini menjadi ayah tirinya. Entah apa yang ada di pikiran ibunya waktu itu hingga harus mau dinikahi. Padahal semua orang tahu kalau lelaki itu adalah tukang kawin. Dia sudah tiga kali menikah dan ketiga istrinya tersebut juga sudah diceraikan. Dan ibunya adalah istri yang keempat.
Mungkin ibunya berpikir kalau ia dinikahi oleh lelaki kebutuhan ekonomi keluarga akan sedikit terbantu dengan kehadirannya. Ekonomi keluarga dirasakan Arini semakin hari semakin susah. Terlebih-lebih sejak ayahnya meninggal dunia 3 tahun silam ketika masih duduk dibangku SMP. Ayahnya meninggal karena mengidap penyakit asma dan ibunya tidak uang untuk mengobati ayahnya karena untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Dan ibunya hanya seorang tenaga honorer.
Arini harus membantu ibunya untuk mencukupi kebutuhan keluarga juga untuk membantu biaya sekolah. Disamping ia sekarang sudah duduk dibangku kelas 3 SMA. Setiap hari dia harus menjajakan gorengan ke semua orang yang ia temui disepanjang jalan-jalan yang dia tempuh dari satu kampung ke kampung yang lainnya. Dan itulah rutinitasnya seusai sekolah. Arini adalah anak yang suka bekerja keras. Dia adalah anak yang rajin disekolah. Disamping teman-temannya bersenda gurau bersama yang lain, Arini malah sibuk bekerja membantu ibunya. Untunglah dia adalah tipe anak yang pemalu. Sehingga rutinitas ini dia jalani dengan hati yang lapang.
***
Setelah lelah menjual semua gorengan, dia pulang kerumah.
“assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam, gimana dagangannya?” tanya ibunya.
“alhamdulillah, habis semuanya Bu.”
“syukurlah.......”
“mari kita hitung hasilnya sama-sama Bu.” (sambil menghitung hasil dagangan)
“berapa?” ibunya bertanya.
“45.000 rupiah Bu.”
“alhamdulillah.....”
Tiba-tiba ayah tirinya datang. Dia menendang pintu kamar dengan sangat keras.membuat Arini dan ibunya terkejut.
“mana uangnya!!!” bentaknya dengan sadis.
“uang apa Pak?” tanya Ibunya.
“uang hasil dagangan anakmu hari ini!”
“jangan! Arini sudah susah payah menjualnya. Uang itu akan digunakan untuk membayar uang sekolah adik-adiknya. Aku mohon janga!”
“aku tak mau tahu! Mana! Jangan sampai aku juga menendang mu seperti pintu itu”
Lalu ayah tirinya merebut semua uang yang ada ditangan ibunya. Uang itu akan digunakan untuk berjudi. Itulah kebiasaannya. Ibunya tidak ada daya untuk melawan. Kadang Ibunya juga sering kena pukul oleh ayah tirinya.
***
Sebelum Arini tidur, beristirahat untuk merenggangkan otot-otot setelah siang hari bekerja keras, dia menyempatkan untuk mengulang pelajaran yang diajarkan disekolah. Lalu barulah dia tidur. Sebelum dia benar-benar memejamkan mata, dia teringat kejadian siang tadi yang membuat dada sesak. Dan tanpa diduga air matanya merembes dari sepasang matanya yang indah. Juga ia teringat pesan Ibunya agar suatu saat nanti menjadi anak yang dapat Ibunya banggakan. Biarlah sekarang hidup kita susah, semoga suatu hari nanti kamu menjadi anak yang berhasil meraih cita-cita yang kamu dambakan. Itulah pesan Ibunya yang selalu dia ingat disaat apapun. Dan Arini mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter walaupun kadang dia berpikir bahwa cita-cita itu akan pernah dia capai disebabkan kondisis perekonomian keluarga yang sangat sulit. Setelak itu barulah dia memejamkan mata. Tidak lupa dia berdoa sebelum tidur agar nanti dalam mimpinya merasakan kebahagian jauh dari penderitaan hidup yang dia rasakan selama ini.
***
Setiba disekolah, Arini bertemu dengan temannya Ana. Dan Ana mengatakan sesuatu padanya.
“Kamu sudah tahu pengunguman dikantor?”
“tentang apa?” tanya Arini lagi.
“tentang UN yang akan dilaksanakan 2 bulan lagi dan salah satu persyaratan untuk mengikuti UN adalah harus melunasi segala kewajiban dan salah satu kewajiban tersebut adalah melunasi uang sekolah” jawabnya.
Mendengar ucapan dari temannya itu, dia langsung terkejut. Bingung harus berbuat apa. Dengan apa Ibunya melunai uang sekolah yang sudah 4 bulan menunggak. Hatinya semakin terpukul membayangkan jika nanti Ibunya tidak dapat malunasi itu semua, maka pupuslah semua cita-cita yang selama ini dia impikan.
***
Sepulang sekolah, dia langsung cepat-cepat menemui Ibunya.
“Bu, UN tinggal dua bulan lagi dan uang sekolah belum dibayarkan. Kata teman tadi disekolah kalau tidak dapat melunasinya, maka tidak dapat mengikuti ujian.”
“sabar ya nak, nanti Ibu carikan. Mungkin Ibu akan coba pinjam kepada Juragan Satar. Mudah-mudahan dia mau maminjamkan kepada Ibu.”
“tapi, Bu... Ibu kan tahu kalau Juragan Satar adalah seorang rentenir.bagaimana jika nantinya kita tidak dapat melunasi, sampai-sampai kita nanti dipaksa keluar dari rumah ini. Mau tinggal dimana kita, Bu?”
“ya mau bagaimana lagi. Kalau tidak kepada dia lalu sama siapa? Dikampung kita ini yang kaya kan hanya dia.”
Terpaksa Arini pasrah. Dia hanya berharap semoga Juragan Satar mau meminjamkan uang itu dan semoga saja Ibunya bisa cepat melunasinya agar hutang tersebut tidak semakin bertambah.
***
Lalu beberapa saat kemudian Ibunya kembali dengan membawa uang yang dipinjam dari Juragan Satar.
“ini nak, untung Juragan mau meminjamkan “
“syukurlah, Bu”
“tapi kita harus segera melunasinya. Kalau tidak kita sekeluarga harus beranjak dari rumah ini”
***
UN sudah berakhir. Hati Arini lega karena bisa mengikuti ujian. Tapi kini datang masalah lain lagi. Dia harus cepat melunasi hutangnya kepada Juragan Satar. Sudah satu minggu Juragan menunggu kapan akan dibayarkan. Lalu Arini berpikir kalau nanti Ibunya tidak dapat melunasi hutang tersebut maka dia harus menyetujui keputusan Juragan.
Tiba-tiba saja Juragan datang kerumah.
“hei! Kapan hutangmu akan dilunasi?!!!” tanya dia kepada Ibu.
“maaf Juragan, saya belum bisa melunasinya.....” (tampak wajah Ibu Arini begitu sedih)
“kalau begitu, sesuai dengan kesepakatan kita, maka kalian sekeluarga harus angkat kaki dari rumah ini. Atau......”
“atau apa Juragan?” tanya Ibunya penasaran.
“kau harus menyerahkan anakmu padaku untuk kujadikan pembantu, bagaimana....?”
“tapi, Juragan......”
“tidak ada tapi-tapi! Kalau tidak kau sekeluarga harus angkat kaki”
Lalu Arini maju. Biarlah, Bu... Arini ikhlas. Asalkan Ibu dan adik-adik tidak pergi dari rumah ini”
“baik kalau begitu, kau harus ikut sekarang juga bersamaku”
Sebelum Arini berangkat, Ibunya berpesan; nak, jaga baik-baik dirimu. Ibu sangat bersyukur mendapatkan anak yang shalehah. Mendengar ucapan itu hati Arini semakin sedih. Dadanya sesak dan ternyata Arini menangis terisak-isak.
Setiba dirumah Juragan, Arini tidak diperlakukan dengan wajar, dia disiksa. Ternyata Arini tahu kalau dia akan dikirim keluar negeri. Dia akan dikirim ke Mesir. Mendengar hal itu, hatinya semakin teriris. Kenapa semua ini terjadi pada dirinya. Kenapa Allah memberinya cobaan yang begitu sulit untuk dia lalui. Tapi dia percaya bahwa semua cobaan ini ada hikmanya. Setiap saat dia terus berdoa. Agar Allah menunjukinya jalan yang terbaik untuknya.
Hari ini ia akan berangkat. Ia tidak henti-hentinya berdoa. Didalam pesawat yang ditumpanginya, dia terus saja berdoa. Tanpa diduga, ternyata pesawat yang ditumpangiya, tidak dapat melakukan pendaratan dengan baik. Pesawat mengalami kecelakaan. Awak bersama semua penumpang tewas.
Mungkin inilah jalan terbaik untuk Arini. Inilah jalan yang Allah kehendaki untuknya. Inilah cara Allah menghilangkan segala penderitaan yang selama ini Arini rasakan. Dia telah begitu lelah dan sekarang dia telah istirahat untuk selama-lamanya...
Kamis, 21 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar