Pemandangan Indah.
ANGIN sepoi-sepoi menampar pipi dari arah depan puncak Bukit Gado-gado, Kota Padang, Sumatera Barat, yang berketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut, Sabtu (12/2/2011). Hamparan garis pantai, pohon kelapa, permukiman, dan lapangan bola berikut kawasan perbukitan yang terjal menghampar di depan.
Bukit Gado-gado menurut situs resmi Persatuan Olahraga Dirgantara Layang Gantung Indonesia (PLGI)menyebut lokasi penerbangan itu memiliki ranking kesulitan 3, atau termasuk yang paling sulit.
Heri Suseno, penggiat olahraga paralayang di Sumbar, sudah siap terbang bersama Kompas. ”Ready... Get Set... Go! Lari, langsung lari,” teriak Heri seketika menuju bibir jurang yang menganga.
Pemandangan sebagian sisi Kota Padang dari sudut penerbang kemudian terpampang dengan begitu indahnya. Desakan angin menghambur deras ke sekujur badan dan memompa adrenalin begitu menyadari bahwa kami sedang berjuang melawan hukum gravitasi.
Perasaan sukacita lalu terasa saat menyaksikan demikian bersihnya angkasa, laut biru berikut jajaran pulau-pulau kecilnya, dan kapal-kapal nelayan maupun kapal-kapal raksasa yang sedang buang sauh di sekitar Pelabuhan Teluk Bayur.
Hamparan kawasan Pantai Air Manis yang menjadi tujuan pendaratan kemudian terlihat dari kejauhan sembari upaya pencarian angin termal (panas) terus dilakukan agar terbang bisa dilakukan lebih lama. Angin termal berasal dari pemanasan daratan dan membuat udara panas ke atas sehingga berguna untuk mengangkat penerbang paralayang mengangkasa lebih tinggi.
Jika kondisi angin sedang bagus, terjun dari Bukit Gado-gado itu akan bisa diakhiri dengan pendaratan mulus di Lapangan Ruang Terbuka Hijau Imam Bonjol, yang berada di tengah kota dengan jarak sekitar 10 kilometer setelah sebelumnya mengitari kawasan kota tua. Namun, kali itu pendaratan hanya dilakukan di kawasan Pantai Air Manis.
sumber: kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar