Loading...
Jumat, 01 April 2011

Nyak An, "Pemberdaya Anak Muda dari Sijunjung"

OLEH INGKI RINALDI
 
Nyak An adalah inspirator bagi pemuda di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Ia memberikan wawasan bagi para pemuda lulusan sekolah menengah di daerah itu untuk memilih masa depan yang lebih baik. 

Lewat Kelompok Pecinta Alam (KPA) Batu Gando yang ia dirikan di Nagari Silokek, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumbar, bersama sejumlah orang di kabupaten itu tahun 2001 puluhan pemuda mendulang kisah sukses.

Di antara mereka yang pernah menjadi binaannya ada yang berkarier sebagai polisi, pegawai negeri sipil, petugas pemadam kebakaran, dan tokoh organisasi kemasyarakatan. Sebagian di antara mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Salah seorang di antaranya adalah Nofriadi Zulka, yang memimpin salah satu organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Sijunjung. Ia mengatakan, para pemuda (termasuk dia) dulu tak punya banyak alternatif. ”Dulu, kemungkinannya hanya menjadi agen mobil travel ke Kabupaten Solok,” kata Nofriadi yang ikut mendirikan KPA Batu Gando.

KPA Batu Gando yang mulai berkegiatan tahun 2000 diilhami pulau kecil bernama Batu Gando, letaknya di tengah pertemuan aliran Sungai Ombilin, Sungai Palangki, dan Sungai Sukam yang membentuk Sungai Kuantan. Sayang, Batu Gando mulai terkikis dan perlahan hilang akibat aktivitas penambangan dengan mesin pengisap pasir.
Kegiatan yang diupayakan KPA Batu Gando sesungguhnya sederhana, melibatkan para pemuda dalam kegiatan alam bebas dan memberi mereka kepercayaan. Itu dimungkinkan karena Nagari Silokek memiliki potensi alam dengan wisata arung jeram, panjat tebing, susur goa, penjelajahan alam bebas, dan sepeda gunung.

Pelatihan dasar mengenai kegiatan alam bebas dan pengelolaan sumber daya wisata juga mereka peroleh, mengingat Nagari Silokek termasuk dalam peta kawasan wisata Musi Duga, Kabupaten Sijunjung. Musi Duga merupakan singkatan Muaro Silokek dan Durian Gadang. ”Daerah ini gabungan dua nagari, Silokek dan Durian Gadang,” katanya.

Kepada pemuda yang mengikuti kegiatan KPA Batu Gando, Nyak An tak pernah memberikan arahan secara langsung. Biasanya, setelah mengikuti kegiatan pencinta alam selama beberapa waktu, potensi mereka ”terbaca” pemerintah setempat. Lalu, beberapa di antara mereka direkrut, seperti Beni yang menjadi pegawai Pemerintah Kabupaten Sijunjung dan Sunaryo sebagai petugas pemadam kebakaran Kabupaten Sijunjung.

Keprihatinan korban
Nyak An mengawali kiprahnya sejak pindah ke Kabupaten Sijunjung tahun 1995, saat istrinya yang bekerja sebagai PNS ditugaskan di sini. Nyak An yang sejak muda bergiat di alam bebas kemudian menemukan potensi Sungai Kuantan yang mengaliri wilayah ini. Namun, pada sungai yang beraliran deras dan memiliki jeram itu, kerap terjadi bencana, seperti orang terseret arus dan hilang.

Hal yang membuat dia prihatin tak hanya bencana itu, tapi keseluruhan beban yang harus dipikul keluarga korban atau sejumlah orang yang membantu secara individual. ”Biasanya keluarga orang yang kena musibah itu menanggung sendiri beban pencarian maupun dananya,” katanya.

Pemerintah relatif tak memberikan respons cepat, padahal kedaruratan dalam bencana kerap muncul. Kondisi itulah yang membuat dia menggalang inisiatif. Ia mengajak sejumlah orang, yang sering ditemuinya di lapangan saat penanganan bencana atau musibah air itu terjadi, membentuk KPA.

Lima orang pertama, termasuk dirinya, lalu membentuk KPA Batu Gando. Setelah itu, 13 pemuda direkrut dan diberikan pendidikan dasar, bekerja sama dengan instruktur dari Sekretariat Bersama Pencinta Alam (Sekber PA) Sumbar.

Kelompok ini menjadi semacam cikal bakal pasukan search and rescue (SAR) di kabupaten itu. Kepada mereka, Nyak An juga menanamkan kecintaan pada alam dan upaya memanfaatkannya dengan memegang prinsip pelestarian. Ia berharap, mereka pun menularkan hal yang sama kepada masyarakat.
Untuk mencapai tujuan itu bukan hal mudah. Cibiran kepada Nyak An datang dari sejumlah orang pada awal kegiatan. ”Kira-kira orang-orang itu mempertanyakan, apa yang hendak saya berikan kepada pemuda ini.”
Keraguan itu, menurut Nyak An, merupakan hal lumrah karena ia belum bisa membuktikannya. Kepada para pemuda yang mau dibimbingnya, ia berusaha meyakinkan bahwa apa yang mereka terima manfaatnya akan muncul meski tak seketika. Bertahun- tahun kemudian, mereka yang dulu seakan mencibirnya mengakui kerja keras Nyak An.

Di antara mereka yang mengakui manfaatnya adalah para pemuda itu sendiri. Mereka bahkan seperti anggota keluarga bagi Nyak An. Karena itulah, rumah keluarganya nyaris tak pernah sepi dari tamu yang datang dan pergi. Untuk alasan itu pula rumah mungil Nyak An tak pernah dikunci.

Panggilan paman
Terlahir dengan nama Hermansyah, Nyak An mulai berkegiatan di alam bebas sejak remaja. Ia salah seorang pendiri Sekretariat Bersama PA Sumbar pada 1988. Dia juga salah satu pendiri Perhimpunan Penggiat Alam Terbuka (PPAT) Bivac Jungle Padang tahun 2002.

Aktivis PPAT Bivac Jungle Padang, Depci Ardadi, mengatakan, sepanjang 1996-2000, Nyak An termasuk sosok yang menyusun standardisasi program kegiatan alam terbuka dan aktif dalam misi-misi penyelamatan SAR di gunung dan hutan di wilayah pegunungan Marapi dan Singgalang di Sumbar, hingga Gunung Kerinci di Jambi. ”Dia sosok yang peduli kepada korban,” kata Depci.

Pertama kali Nyak An menggerakkan pemuda adalah menolong korban hanyut di Batang Kuantan, Sijunjung, 1998. ”Saya sebenarnya hanya mengarahkan mereka ke tempat pencarian yang tepat,” katanya.
Ia lalu bercerita tentang salah satu pengalamannya mengikuti misi SAR untuk menyelamatkan 12 pelajar SMA dan mahasiswa dari Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar, yang tersesat saat mendaki Gunung Marapi tahun 1999.

”Semua pendaki ditemukan, tapi empat di antaranya tewas. Mereka meninggal dunia karena terperosok ke sungai yang kedalamannya nyaris setinggi badan korban. Batas ketinggian air dan hidung korban amat tipis,” ujarnya mengenang.

Di luar kegiatan bersama KPA Batu Gando, ia berwirausaha. Nyak An memiliki lahan di kawasan Nagari Aie Amo, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung, yang ditanami kelapa sawit.
Tentang nama Nyak An yang lekat dengannya, ”Saya sendiri tak tahu sejak kapan dan mengapa dipanggil Nyak An. Setelah saya cari-cari, panggilan ’nyak’ ini dari bahasa Aceh yang ditujukan kepada paman. Mungkin saya dianggap paman, dan saya terima itu.”


Hermansyah
• Nama panggilan: Nyak An
• Lahir: Padang, Sumatera Barat, 9 Oktober 1967
• Istri: Wira Oktioni
• Anak: 1. Galang Rambun 2. Puti Luthfiani
• Pendidikan: - SD Negeri 28, Kota Padang, Sumbar - Sekolah Teknik, Kota Padang - SMA 17 Agustus, Kota Padang - Fakultas Teknik Universitas Andalas, tak tamat - Sekolah Tinggi Teknik, Kota Padang, lulus 1991
 
sumber: kompas.com

1 komentar:

 
TOP